Menggeliatnya wisata kuliner menjadi peluang usaha tersendiri bagi para pelaku bisnis. Tentunya ini menjadi efek positif dari sebuah perkembangan dunia pariwisata, bagaimana dunia pariwisata memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Kalau mau dicermati, penggiat bisnis kuliner tradisional ini semakin menampakkan diri dalam geliat pariwisata. Coba tengok di daerah-daerah wisata, pebisnis kuliner mulai merebak dan menciptkan nuansa tersendiri.
Beragam kuliner tradisional (maupun modern) semakin marak. Setiap kota menunjukkan kekhasan masing-masing. Coba lihat kota Yogyakarta, penjual gudeg tersedia di mana-mana. Atau saat ke Solo, sajian Selat Solo maupun Nasi Liwetnya selalu menjadi buruan yang tak boleh dilewatkan. Begitu pula dengan Bandung, rasanya tidak lengkap kalau tidak memburu batagor maupun baso tahunya yang terkenal lezat. Jauh ke Makasar, Sop Konro dan Coto Makasar menjadi santapan wajib kalau berkunjung ke sana.
Setiap daerah hadir dengan ciri khas kuliner tersendiri. Bagaimana dengan Tasikmalaya? Rasanya tak berlebihan kalau saya menyebut Tasikmalaya sebagai kota Tutug Oncom.
Nasi Tutug Oncom |
Arti kata Tutug Oncom sendiri adalah oncom yang ditutug (ditumbuk). Jadi, bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe ini diulek sampai halus, lalu campur dengan oncom. Tumbuk-tumbuk sampai bumbu bercampur rata. Setelah itu, campuran oncom dan bumbu disangrai hingga oncom matang dan kering. Campurkan sangrai oncom ini dengan nasi yang masih panas. Aduk-aduk hingga rata. Beres! Sajian nikmat dan menggoda pun bisa tersaji tanpa perlu waktu lama dan pengolahan yang ribet.
Mungkin aneh kalau ada masyarakat Tasikmalaya yang belum mengenal Nasi Tutug Oncom. Bisa dimaklumi kalau mereka ada pendatang. Tapi untuk penduduk Tasikmalaya? Akan menjadi hal yang aneh dan langka kalau berlum pernah mencoba.
Nasi TO Benhil Dadaha. Yang nggak kebagian duduk mohon antri! |
Apa yang menarik dari sebungkus nasi TO? Karena sebuah sajian nikmat tidak perlu mahal. Tahukah berapa harga sepiring atau sebungkus nasi TO ini? Saya masih ingat, pertama kali membeli nasi TO ini cukup mengeluarkan uang Waktu itu hanya Rp. 2.500,- saja! Itu untuk nasi TO nya saja, karena makan TO tidak akan lengkap kalau tidak disantap dengan Cipe (Aci Tempe/Tempe goreng). Sebuah tempe harganya Rp. 500,-. Jadi, tidak perlu membawa dompet tebal untuk makanan nikmat dan mengenyangkan. Bahkan kalau satu piring dianggap kurang, nambah satu atau dua porsi lagi pun tidak akan membuat dompet jadi kurus.
Saya pernah mengajak dua orang teman dari Jakarta untuk wisata kuliner di Tasikmalaya. Saya menatap geli saat mereka sempat terbengong-bengong sewaktu membayar makanan. "Nggak salah, nih?" katanya kaget.
Tidak bisa dipungkiri kalau keberhasilan TO Dadaha akhirnya segera mendapat pengikutnya. Berbagai warung TO serentak hadir di seluruh penjuru kota. Cita rasa mungkin sedikit berbeda-beda, tapi tetap menawarkan kenikmatan dan kemurahan yang sama. Nasi TO menjadi wabah dan mulai masuk daftar kuliner yang harus disantap kalau memasuki kota Tasikmalaya.
Warung Nasi TO Mr. Rahmat |
Apakah makanan di sini mahal? Hohoho ... TO tetap murah meriah. Jangan perlu takut dompet akan terkuras kalau makan sajian yang satu ini. Meskipun pesanan ditambah dengan lauk pauk lainnya, seperti : telur dadar, tumis asin jambal, cipe, ayam goreng, dan es jeruk, total yang harus dibayar tetap terasa hemat dibandingkan makan di restoran.
Sepiring Nasi TO biasanya sudah dilengkapi dengan sambal hejo (sambal cabe rawit mentah), sambal merah (cabe merah) dan lalapan (mentimun dan leunca). Dengan porsi ini saja makan sudah nikmat. Tapi kalau ingin lebih lengkap, ada beberapa lauk tambahan yang bisa dipesan. Biasanya berupa gorengan tempe, bakwan, ikan asin goreng, tumis ikan jambal, telur dadar, ayam goreng, dll.
Murah tak perlu jadi murahan. Nasi TO memiliki kandungan nilai dan mutu gizi yang cukup baik. Dari oncom yang menjadi bahan utama kuliner ini ternyata memiliki sumber karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Tak perlu khawatir dengan gizinya lagi, dong?
Sekarang, warung TO serupa sudah mewabah. Di mana-mana ada. Bahkan di seruas jalan Dadaha (masih satu jalan dengan Mr. Rahmat) berderet warung-warung TO lainnya dengan jarak yang tidak berjauhan. Tak heran kalau secara berseloroh jalan ini sering dijuluki Jalan Tutug Oncom. Karena menjamurnya warung TO ini, tak heran kalau kemudian banyak yang menyebut Tasikmalaya sebagai kota TO. Kalau anda ke Tasikmalaya, tak ada salahnya menjajal makanan yang satu ini; murah, meriah, dan pasti nikmat! [iwok]
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Tasikmalaya Blogging Competition yang diadakan oleh Hotel Santika Tasikmalaya. Informasi tentang Hotel Santika Tasikmalaya bisa melalui Fan page Facebook Hotel Santika Tasikmalaya, atau melalui akun twitter Hotel Santika Tasikmalaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar